Bangkit dan Buktikan......

November 30, 2018
Wanita itu duduk di sudut sekolah. Di sebuah lorong sepi. Tidak ada satu orang pun yang melewati lorong tersebut. Dia memeluk kakinya. Kepalanya sembunyi di antara kedua kakinya.
Rey mendekati wanita tersebut. Ditepuknya pundak wanita itu, menandakan bahwa ia ada disebelah.
Wanita itu tetap pada posisinya semula. Tidak ada perubahan pada posisinya.
Rey menarik nafas panjang. Tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya terdiam berada di sebelah wanita tersebut.
Setengah jam berlalu......
Tidak ada perubahan. Wanita tersebut masih dengan posisinya. Demikian juga dengan Rey.
"Kamu mau sampai kapan begini? Menyembunyikan pedih, yang tampak hanya tawa. Biarkan mereka paham hatimu." Rey menatap tanah kosong yang terhampar di depan mereka.
Tangisan wanita tersebut pecah. Isak tangisnya tak terbendung. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Lepaskan semuanya. Setelah ini lupakan semuanya."
"Me- re-ka meng-hina-ku, ayah-ku, ibu-ku." Suara terbata-bata Rihana keluar.
"Jangan izinkan mereka menang. Jangan biarkan jiwamu lemah." Rey hanya menoleh sekilas. Melihat sahabatnya menahan tangisnya. Sesekali terdengar sesenggukan.
"Sekarang kamu boleh dihina, tapi jadikan hinaan mereka pecutan akan keberhasilan kamu, Han." Rey menyerahkan air mineral yang sedari tadi digenggamnya. Rihana menerimanya dari tangan Rey dan meminumnya.
Rey menatap sahabatnya yang masih sesenggukan. Airmata sudah tidak tampak. Hanya bahu sesekali menaik.
"Kamu boleh menangis sepuasnya, Han, hari ini. Tapi besok, katakan pada dunia, masa depanku jauh lebih besar." Nada suara Rey melunak.
Rihana menatap Rey. Dia tersenyum. Rey juga membalas senyumannya.

No comments:

Powered by Blogger.