27 Steps of May: Kenalan Dengan Depresi Yuk.....

January 03, 2020
Diambil dari instagram 27 Steps of May
Sinopsis dari film ini menarik perhatian saya. Kisah tentang trauma yang dihadapkan oleh sang tokoh utama benar-benar terlihat menarik. Bagaimana seorang korban pemerkosaan menjalani harinya? Bagaimana semua itu berakhir? Bagaimana peran keluarga dan orang terdekat dalam menolong mereka? Banyak hal lain yang menarik perhatian saya.

Sejujurnya film yang dibintangi oleh Raihanuun dan Lukman Sardi ini sangat bagus dan sangat layak ditonton. Di dalamnya tidak terlalu banyak dialog, lebih banyak nuansa diam. Namun, saya merasa terlibat dengan suasana yang dihadirkan oleh film tersebut. Trauma yang sangat membekas mengakibatkan tokoh utama dalam film tersebut hanya diam saja, tanpa dialog. Lokasi yang dihadirkan dalam film tersebut lebih banyak di dalam rumah.

Sekalipun nuansa yang dihadirkan lebih banyak di dalam rumah, namun alur cerita yang dihadirkan sangat menarik. Membawa kita untuk dapat merasakan bagaimana May (yang diperankan oleh Raihanuun) bertahan setelah pemerkosaan yang dialaminya. Selama delapan tahun, dia terdiam tanpa berkata sepatah kata pun, hanya memakan makanan yang putih dan aktifitas yang dilakukan juga hanya sebuah pengulangan. Wilayah yang menjadi teritorinya hanyalah kamarnya.

Diambil dari instagram 27 Steps of May
Seolah sejalan dengan anaknya, sang ayah (yang diperankan oleh Lukman Sardi) juga tidak lagi memperhatikan hidupnya. Dirinya yang terbiasa menghias taman di rumahnya, mulai meninggalkan kebiasaannya. Tinju menjadi pelampiasan sang ayah atas kemarahan terhadap dirinya sendiri. Perasaan gagal menjaga anak, merusak segala kehidupannya.

Hingga pada suatu hari, sebuah lubang kecil membuat May merasa penasaran dan juga takut sekaligus. Semakin hari lubang tersebut semakin membesar, hingga tidak dapat lagi ditutupi. Rasa penasaran yang jauh lebih besar mendorong dirinya untuk melihat apa yang terjadi, melalui lubang kecil tersebut. Ini adalah moment awal dimana May bertemu dengan sang pesulap (yang diperankan oleh Ario Bayu). 
Diambil dari instagram 27 Steps of May
Dimulai dari memperhatikan trik demi trik yang dilakukan oleh sang pesulap, kehidupan May mulai berubah. Secara perlahan, namun pasti, sisi kehidupannya satu persatu mulai berwarna lagi. Aktifitasnya sebagai penghias boneka, mulai memberikan wajah lain dari hiasannya. Jika terdahulu hanya sebagai gadis cantik, namun kini boneka yang dihias mulai menyajikan wajah yang berbeda, sebagai pesulap.

Bukan hanya itu, jika sebelumnya ayahnya tidak dapat menyentuh, kini May sudah tidak lagi melukai diri ketika tanpa sengaja bersentuhan dengan sang ayah. Setiap perubahan yang dialami May tidak luput dari perhatian ayahnya. Berusaha melepaskan diri dari trauma yang ada, bukan berarti jiwa May tidak bergejolak. Penolakan dari hatinya juga kerap terjadi, namun itu semua tidak berlarut lama. May mampu melawan segala penolakan bathinnya.

Diambil dari instagram 27 Steps of May
Melihat kisah May, tentu saja kita sepakat bahwa trauma yang dialaminya menimbulkan depresi. Ketika kita membahas depresi, maka ini masih menjadi momok di negeri kita ini. Hal ini dikarenakan enam persen dari jumlah penduduk Indonesia yang berusia di atas 15 tahun mengalami depresi. Hal ini diluar dari mereka yang menderita schizophrenia.
Salah satu penyebab terjadinya depresi adalah kekerasan yang dialami oleh wanita. Hal ini cukup menarik perhatian saya, dimana issue tentang kekerasan wanita juga masih menjadi bahan pembahasan di negeri ini. Banyak wanita yang "terpaksa" menuruti ancaman yang diberikan oleh orang terdekat atau pihak luar. Salah satu alasan mereka "mau" mengikuti ancaman tersebut adalah karena merasa dirinya tidak cukup berharga. Dan, salah satu pemicu depresi adalah merasa bahwa dirinya tidak berharga.

Seperti halnya yang dikatakan oleh Adjie Santoso dalam akun youtube Merry Riana, bahwa sendiri dan merasa sendiri adalah dua hal yang berbeda. Ketika kita merasa sendirian, maka kecenderungan untuk depresi akan tinggi. Seorang introvert, secara teori, kerap rentan terhadap penyakit mental ini. Namun, bukan berarti kesendirian mereka menjadi masalah. Karena bisa saja mereka sedang menikmati "me-time"nya.

Mungkin banyak teori yang menjelaskan tentang pengertian depresi, penyebabnya dan cara penanganannya. Saya sangat yakin mereka mampu memaparkannya secara lengkap. Namun, secara singkat, saya akan menyajikan beberapa langkah yang kita jalani ketika teman, keluarga atau orang terdekat kita sedang mengalami gejala depresi.

Jika kita mengalami kesedihan yang berkepanjangan, sehingga mengakibatkan berkurangnya minat, tidak merasa berharga atau perasaan negatif lainnya, sebaiknya mengambil langkah-langkah selanjutnya. Berikut ini beberapa langkah ketika kita, keluarga atau orang terdekat mengalami depresi:

Pertama, Jangan Menyendiri, karena ketika kita menyendiri, maka kita akan semakin merasa terpuruk. Bayangan kesedihan akan cenderung menetap di dalam diri.

Kedua, Olahraga, karena dengan olahraga, kita mengurangi energi kita yang berlebih. Kemungkinan kita untuk memikirkan segala hal yang negatif pun menjadi berkurang.

Ketiga, Konsumsi Makanan Sehat, karena dengan memperhatikan kesehatan kita, sama dengan menyayangi diri kita sendiri. Dengan belajar mencintai diri sendiri, kita menjadi lebih menghargai dan berdamai dengan diri kita.

Keempat, Carilah Suasana Santai. Hal ini sama dengan memakan makanan sehat, dimana kita diminta untuk mencintai diri sendiri. Carilah me-time kita. Buat para ibu rumah tangga ini wajib hukumnya. Karena aktifitas yang rutin dan tanpa libur ini menjadikan mereka rentan terhadap penyakit mental ini.

Terakhir, Hubungi Dokter atau Psikolog. Bukan berarti ketika kita menghubungi mereka, maka kita "gila". Salah satu kesalahan masyarakat Indonesia adalah menganggap bahwa ketika kita mendatangi tenaga ahli, baik itu dokter jiwa atau psikolog, berarti memalukan. Padahal, sama seperti halnya mesin, jiwa juga akan mencapai titik lelahnya jika tidak dipenuhi haknya. Berbagi dengan tenaga psikolog pada dasarnya bukanlah hal yang memalukan,.

Satu hal, jiwa kita berharga, bahkan sangat berharga. Hidup di negeri yang penuh dengan aturan moral dan menolak ekspresi dari perasaan negatif, terkadang turut memperberat beban kita. Karena itu, tetaplah menjaga keseimbangan jiwa kita. Jangan pedulikan anggapan orang ketika kita mendatangi tenaga ahli.

Jiwa yang sehat akan menghasilkan pribadi yang produktif.
Yakin masih mau dipelihara? 

No comments:

Powered by Blogger.