Sebuah Surat Yang Takkan Kamu Baca

November 20, 2019
Sebuah Surat Yang Takkan Kamu Baca

Membaca kisah seorang sahabat, ternyata membuatku sangat rindu padamu, wahai cinta pertama. Sebuah rindu yang mampu mengganggu tidur malamku. Benak langsung memutar ulang perjalanan kita tanpa diminta, layaknya sebuah film.

Bait demi bait dalam tulisannya membawaku pada April 2012 lalu. Sebuah tanggal keramat yang menjadi pertemuan terakhir kita. Tapi, kita sudah tidak lagi saling tegur, mengobrol, bercanda, dan saling bully seperti biasanya. Dirimu hanya terdiam kaku, bahkan tak kuasa menggerakkan tubuh. Kamu pergi dari sisiku tanpa memberikan kesempatan untuk memeluk erat dan mengucapkan kalimat, "I love you more than you know."

Kunto Aji: Pilu Membiru 

Apa kabarmu kini, cinta pertamaku? Aku berharap baik-baik saja disana. Berada di tempat yang lapang dan terang. Seandainya perjalanan ke tempatmu dapat aku hampiri dengan pesawat, mungkin sudah kutempuh, berapapun harga tiketnya. Tapi, kini aku hanya dapat mengunjungimu dalam untaian doaku.

Kamu adalah pria terbaik yang Allah titipkan dalam hidupku. Seseorang yang tidak pernah sakit hati dengan ketusnya jawaban yang aku beri, setiap kali diberi pertanyaan 'lagi dimana?' Kujawab kalau aku sudah cukup besar. Tapi, ternyata aku belum besar untuk lepas dari kasih sayangmu. Hehehe....maafkan kenakalanku ....

Kamu juga akan menghubungi kami sebelum pergi untuk sarapan, ketika kita berada di luar kota. Selalu memastikan bahwa kami semua baik-baik saja. Sekaligus memastikan kita bersama-sama.

Kamu selalu suka travelling, tapi kita selalu berantem, karena aku ingin ke museum. Kutahu kalau museum bukanlah tempat kesukaanmu. Kita akan berdebat dan suaraku kalah.

Kamu selalu menjadi pria terbaik pelindungku. Bahkan ketika aku tengah berhadapan dengan masalah hukum, sejuta cara terbaik pun keluar dari dirimu menjagaku. Khawatir pasti, tapi aku tidak akan mengizinkanmu merasakannya. Izinkan kuselesaikan semuanya.

Kamu adalah guruku, seseorang yang selalu mengajarkanku tentang kehidupan. Banyak pembelajaran yang dibagikan kepadaku.

Wahai, cinta pertamaku, mungkin kamu sudah melupakan setiap cacian yang keluar dari mulut mereka, tapi aku masih mengingatnya. Bukan untuk melakukan hal yang sama kepada mereka, tapi agar aku semangat menjadikan itu pemicu mengukir prestasi. Kini ragamu tak dapat melihat, namun namamu akan kuukir indah, sebagai pengingat bahwa kamu tidak pernah salah dalam mendidik.

Apakah ingat, wahai cinta pertama, bagaimana kisah dan impianmu? Kamu selalu cerita tentang kerinduanmu dengan teman-teman semasa sekolah dulu. Harapan untuk ikut reuni di tahun depan yang tidak pernah terwujud.

Oh ya, apakah kamu tahu kalau aku kembali ke bangku kuliah lagi? Sebuah permintaan yang selalu terucap setiap bertemu, bahkan sesaat sebelum pertemuanmu dengan malaikat maut. Kini aku ada disini. Seandainya semua telah selesai, kamu adalah orang yang paling kucari dan rindukan. 

Kamu tahu gak, selama ini aku selalu mengatakan baik-baik saja. Tapi, ternyata aku gak baik-baik saja ketika Allah mengambil titipanNya dariku. Aku bahkan menolak ketika seseorang mengatakan, "Semua masalah kamu itu sumbernya satu, gak ikhlas atas kepergian ayahmu." Dengan tegasnya aku jawab, "Gak, bang, gak kok. Aku ikhlas." Dia berusaha menjelaskan segala asumsinya kepadaku, tapi kutolak dengan kalimat semua baik-baik saja.

Kamu tahu, kamu adalah satu-satunya pria yang berhasil membuatku hancur sehancur-hancurnya. Patah hati yang terdahulu seolah tidak ada apa-apanya, kini berhasil membuat aku sangat patah. Perlu sebuah Kelas Memaafkan untuk mengakui bahwa aku belum baik-baik saja. Ada penyesalan yang tak terucap, karena ada janji yang belum mampu terpenuhi.

Satu-satunya harapanku, aku mampu memenuhi janjiku kepada wanita yang kau jadikan sebagai ibuku. Kau mengajarkanku menghargai setiap moment yang ada, karena mungkin setelah ini semua akan tiada.

Aku mungkin belum mampu membuatmu bangga di dunia ini, tapi satu pintaku kepadaNya, agar kumampu menunjukkan baktiku di alam sana. Dunia mungkin belum menjadi tempat terbaik kita, tapi aku akan berusaha yang terbaik agar kita bersama di surga.

Tunggu kepulanganku. Kita akan berkumpul bersama di surganya Allah.

Terimakasih telah mejadikanku sebagai anakmu, Pa...... 

No comments:

Powered by Blogger.