Kematian Menjemputnya......

December 13, 2018
Ria tersenyum memandang dirinya. Toga yang baru saja didapatkan dari kampusnya berulang kali dicobanya. Rasanya tak puas dia kalau hanya mencoba sekali.
Kerja kerasnya selama ini membawa hasil. Kini dia menyandang gelar sarjana.
Walau agak tertatih menyelesaikannya, namun semuanya berakhir dengan indah. Besok dia akan mendapat gelarnya.
Dia berharap mampu mencari pekerjaan yang lebih baik, yang sesuai dengan bidangnya. Daripada pekerjaan yang dia lakoni semasa kuliah.
"Ria, sudah berkacanya. Besok puas-puasin pakai toganya. Sekarang bantu ibu, kamu ke warung dulu." Ibunya muncul secara tiba-tiba dari balik pintu kamarnya.
"Iya, bu." Senyum bahagia tak pernah lepas dari wajahnya. Ibunya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putrinya.
"Ini daftarnya." Ibunya menyerahkan selembar kertas di hadapannya, beserta dengan selembar uang lima puluh ribuan. "Oh ya, kamu kerja jam berapa?"
Ria memakai sweaternya, "Jam 2 berangkatnya, bu. Besok cuti." Ria berlalu dari hadapan ibunya, yang masih memandanginya.
Langkah Ria yang akan menggapai pintu seketika terhenti, dia berbalik berjalan ke arah ibunya. Dia kecup pipinya, "Ria sayang ibu." Ibunya terkejut akan tingkah putrinya.
Ada gerangan apa putrinya tiba-tiba begini? Wanita setengah baya itu memegangi pipi yang dikecup putrinya. Dia tersenyum bahagia.
Wanita setengah baya itu melangkah perlahan menuju dapur. Hingga sebuah teriakan dari luar menghentikan langkahnya.
"Bu.....ibu......ibu....Ria kecelakaan."
Bagai disambar petir, wanita setengah baya itu seakan tak percaya akan apa yang didengarnya.
Dia berlari mengikuti pria muda yang merupakan tetangganya itu.
Sesampainya di jalan besar yang ada di depan gang rumahnya, dia berlari ke arah putrinya. Dipeluknya erat tubuh mungil yang bersimbah darah itu.
"Ria......" Teriakannya menggema, memanggil nama putrinya.
Suara irene ambulans mengejutkannya. Putrinya diangkat petugas medis ke dalam ambulans.
Daster rumahnya yang penuh darah tak menghalangi langkahnya. Dia menemani putrinya yang penuh darah di sekujur tubuhnya hingga ke rumah sakit.
"Maaf, bu, urus administrasinya ya." Seorang petugas menghentikan langkah ibunya Ria menuju IGD. Dia berdiri mematung. Segala pikiran berkecamuk.
"Bu, sudah, kami saja yang mengurus." Wanita muda yang menemaninya sejak di lokasi kecelakaan mengelus lembut punggungnya.
Wanita setengah baya itu kembali mendampingi putrinya. Hingga dokter menggiringya ke tempat duduk yang tidak jauh dari pemeriksaan putrinya.
"Bu.....maafkan saya.....kami sudah mencoba menolong semaksimal mungkin......" Kalimat selanjutnya sudah tidak lagi terdengar olehnya. Wanita itu berlari ke arah putri satu-satunya.
Ditatapnya wajah putri semata wayangnya. Senyuman menghias wajahnya. Dipeluknya erat-erat putrinya.
Wisuda yang direncanakan dengan baik oleh putrinya kini menjadi kenangan. Kini semua gelar ditinggalkan putrinya. Hanya gelar almarhumah yang disandangnya.
Semua rencana manusia akan kalah oleh rencana Tuhan.

No comments:

Powered by Blogger.