Ada Apa Dengan Dunia Kerja?

January 28, 2019

Beberapa waktu yang lalu, saya dan sahabat saya mengikuti workshopPersonal Development” dengan pemateri Ihsan Rahmat, M.Psi, Psikolog. Beliau adalah senior saya ketika berada di bangku kuliah. Lalu sebenarnya apa sih materi dalam workshop "Personal Development"? Materi dalam workshop ini berguna untuk menghadapi dunia kerja di zaman era digital ini. Sebelum tahun 2000, kita masih menggunakan sistem yang serba manual. Pada zaman itu, perusahaan yang berhasil adalah perusahaan yang paling banyak memiliki karyawan. Maka perusahaan pun tidak segan-segan menambah jumlah karyawan.


Workshop "Personal Development", menghadapi tantangan dunia kerja di era digital
Namun, sekarang, era digital sudah berbeda. Perusahaan yang baik tidak lagi perusahaan yang banyak karyawannya, namun perusahaan yang sedikit karyawannya. Karena hakikatnya, sebuah perusahaan itu mengurangi pengeluaran dan menambah pemasukan. Lalu, bagaimana perusahaan berjalan jika karyawannya berkurang?
 Perusahaan dapat berjalan dengan menggunakan teknologi. Jika zaman dahulu, kita semua tidak terlalu memperhatikan profesi sebagai youtuber, blogger, vlogger dan industri kreatif lainnya. Berbeda dengan zaman sekarang, semua menggunakan teknologi. Sosial media yang dulu hanya sebagai pelengkap, kini sebagai kebutuhan. Gak sah rasanya kalau belum masukkan seluruh kegiatan kita ke sosial media. Bahkan, kini pedagang pun merambah ke dunia sosial media.
 Sosial media semakin berkembang dan mereka yang tidak belajar untuk mengikutinya akan tenggelam. Ini salah satu nasehat guru saya ketika belajar sosial media. Sebelum era milenial, kita makan bersama teman-teman yah makan aja, namun sekarang wajib difoto dan dimasukkan ke dalam sosial media. Update status dulu dan lain-lain.
 
Lalu, apa hubungannya dengan dunia kerja? Dunia kerja tentu saja wajib mengikuti pola masyarakat yang berubah. Pada zaman dahulu, yang namanya melamar pekerjaan itu wajib tulis tangan, mengantri buat masukin lamaran (pada masa job fair), dan menunggu beberapa lama untuk jawaban dari perusahaan.
 Apakah sekarang sama? Kalau perusahaan masih sama, maka dijamin perusahaan akan sangat tertinggal. Mereka akan kehilangan anak muda yang berbakat. Lalu sekarang bagaimana? Menurut Ihsan Rahmat, M.Psi, Psikolog, mereka yang bergerak di bidang Human Resource Development wajib menguasai media sosial. Buat apa? Buat kepoin mereka yang memiliki bakat di bidangnya. Kalau kata beliau, “Sudah bukan zamannya lagi menunggu dan berharap mereka melamar. Saatnya kita yang mencari.” Great.
 Bagaimana cara mereka melihat kita melalui media sosial? Mereka akan melihat apa saja yang kita update tentunya. Karena hal itu menggambarkan karakter kita. Kalau dalam dunia psikologi, diam pun mampu menggambarkan banyak hal. Apalagi dengan sosial media kita, mampu menggambarkan bayak hal dari kisah kita. So, mulai berhati-hati dengan social media ya, teman-teman.
 Dalam perkembangannya, Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk memajukan negaranya. Dalam hal tekstil misalnya, kita masih kalah dengan Thailand. Berapa banyak masyarakat kita yang masih memilih untuk memasarkan produk Thailand daripada produk negaranya sendiri. Selain itu, kita masih 
ketinggalan di banyak bidang lainnya.
 Lalu, apa yang menjadi tantangan dalam perubahan ini? Ini ada beberapa hal yang menjadi tantangan di era revolusi 4.0, yaitu:
Pertama, keterampilan atau kompetensi. Dalam hal ini, apa yang menjadi kekhususan kita. Jika dahulu kita terbiasa dengan generalisasi, maka kali ini masuk ke era kekhususan. Misalnya dokter, jika dibandingkan dengan dokter umum, maka jasanya yang dibayar lebih mahal adalah dokter spesialis. Demikian juga dengan kita semua, akan menampilkan keterampilan apa, agar dilirik oleh perusahaan?

Kedua, jenis pekerjaan. Dengan adanya kekhususan, maka jenis pekerjaan pun akan menjadi khusus, dan tentunya tidak bisa lagi psikologi bekerja di bagian akuntansi. Karena kekhususan yang dia miliki akan menentukan pekerjaannya.
Ketiga, pola hidup. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, pola hidup remaja zaman sekarang sudah jauh berbeda dengan zaman sebelum tahun 2000. Mereka menyukai pekerjaan yang menantang. Hal inilah mengapa industri kreatif berkembang.
 Tantangan kita akan semakin keras ke depannya. Jika dahulu menjadi pedagang butuh modal besar, maka zaman sekarang dengan modal smartphone sudah bisa berdagang. Resiko juga lebih kecil. Jika dahulu bekerja di kantoran sangat diminati, maka zaman sekarang gak perlu kantor buat bekerja. Bahkan ketika berbincang 
dengan teman saya, banyak diantara mereka yang notabene tidak ada kantor atau ada kantor tapi pekerjanya sedikit. Dan ketika berbicara tentang penghasilan, kita tidak dapat memandang penghasilan mereka dengan sebelah mata.
 Bagaimanakah cara kita menghadapi mereka yang sangat kreatif? Sementara jumlah pelamar dengan kreatifitas yang tinggi banyak, apa yang harus dibenahi dari kita? Ini adalah inti dari semua pembahasan di atas, yaitu cara kita menghadapi tantangan yang ada:
Pertama, spesifikasi program pelatihan, Jika zaman dahulu, semakin banyak yang diketahui maka akan semakin baik. Namun, zaman sekarang telah berbeda. Tidak masalah jika sedikit yang diketahui, tapi kita harus mengetahuinya secara mendalam.
Kedua, sertifikasi profesi. Apa gunanya? Karena ke depannya, akan semakin banyak tantangannya. Akan semakin banyak mereka yang mengetahui sedikit, namun lebih berani. Misal, menjadi pembicara dengan topik sumber daya manusia. Kalau hanya bermodalkan berani, maka semua orang yang paham sumber daya manusia hanya sedikit pun bisa menjadi pembicara. Namun, apakah ilmunya sesuai? Belum tentu. Sertifikasi inilah yang akhirnya menentukan seseorang memiliki kompetensi atau tidak.
Ketiga, kompetensi hard skill dan soft skill. Penting buat menguasai hard skill, namun jauh lebih penting menguasai soft skill. Karena setiap kita adalah unik, sehingga setiap kita pasti berbeda.

Ini sedikit hal yang saya pahami selama seminar. Mungkin masih banyak ilmu di luar sana yang harus saya pelajari mengenai dunia psikologi. Karena itu, saya menerima masukan apabila ada pemahaman yang salah dalam tulisan ini.

No comments:

Powered by Blogger.